Sifilis adalah salah satu jenis penyakit kelamin sistemik yang mungkin disebabkan karena bawaan sejak janin ataupun diperoleh melalui kontak seksual atau jarum suntik dan juga melalui tranfusi darah.
Penyakit Spilis juga dapat menular melalui penyalahgunaan narkoba serta perubahan perilaku seksual.
Sifilis disebabkan oleh bakteri spirochete, Treponema pallidum. Spirochete ini memasuki tubuh melalui selaput lendir atau kulit.
Penyakit kelamin Sifilis memiliki bentuk akut dan kronis yang dapat mempengaruhi sebagian besar sistem organ tubuh. Ada berbagai gejala sifilis yang mungkin dirasakan sehingga dapat membingungkan penderita untuk memastikan sifilis ini sehingga terkadang penderita mengganggap gejala awal sipilis tersebut sering diabaikan.
Penyakit sifilis ini dapat mempengaruhi semua orang dan tidak terbatas pada umur dan jenis kelamin. Namun demikian ada beberapa individu yang paling rentan terinfeksi bakteri spirochete ini antara lain:
– Remaja yang aktif secara seksual
– Individu yang terinfeksi penyakit menular seksual (PMS), termasuk AIDS, herpes, dan gonore
– Anak-anak yang mengalami pelecehan seksual
– Wanita diusia subur dan berprofesi sebagai wanita penghibur
– Pria gay dan sering melakukan beseksual
– Individu yang menyalahgunakan obat-obatan atau alkohol
Tahap perkembangan sifilis sebelum menjadi kronis melalui empat tahapan yaitu primer, sekunder, laten, dan tersier dan dapat menyebar sejak tiga tahapan pertama melalui kontak seksual.
4 Tahapan Perkembangan Sifilis
1. Sifilis primer
Sifilis primer merupakan tahap masuknya organisme ke dalam tubuh. Tanda-tanda pertama infeksi tidak selalu disadari. Setelah masa inkubasi berkisar 10-90 hari, pasien mulai mengembangkan kulit yang melepuh kecil. Lepuhan kulit ini umumnya terjadi pada alat kelamin, mulut atau di payudara.
Pada pria yang sering melakukan beseksual akan mengembangkan lepuhan disekitar rektum dan pada wanita lepuahn ini bisa terjadi didalam vagina atau leher rahim.
Lepuhan kulit ini tidak menyakitkan dan biasanya menghilang dalam 3-6 minggu meski tanpa pengobatan. Mereka menyerupai borok lymphogranuloma venereum, virus herpes simplex atau tumor kulit.
Sekitar 70% pasien dengan sifilis primer juga mengembangkan pembengkakan kelenjar getah bening di dekat terjadinya borok.
2. Sifilis sekunder
Tahapan sifilis sekunder dimulai dari enam sampai delapan minggu sampai enam bulan setelah infeksi. Sifilis sekunder adalah infeksi sistemik yang ditandai oleh letusan ruam kulit dan borok di selaput lendir. Ruam kulit yang terjadi mungkin meniru sejumlah gangguan kulit lainnya seperti reaksi obat, kurap, mononukleosis, dan pityriasis rosea dll.
Letusan kulit dapat sembuh dalam beberapa minggu atau berlangsung selama satu tahun. Sekitar 50% pasien dengan sifilis sekunder mengembangkan pembengkakan kelenjar seperti pada ketiak, selangkangan, dan area leher, sekitar 10% mengalami radang mata, ginjal, hati, limpa, tulang, sendi, atau meninges (membran yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang).
Mereka juga mungkin memiliki penyakit seperti flu umum dengan demam rendah, menggigil, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, pilek, sakit tenggorokan, dan sakit sendi.
3. Sifilis laten
Sifilis laten adalah fase dari penyakit yang relatif tidak memiliki gejala eksternal. Pada tahapan ini, penderita dapat menularkan pada individu sehat lainnya termasuk pada wanita hamil yang dapat menularkan sifilis pada janin mereka.
Tahapan Sifilis laten ini terkadang dibagi menjadi laten awal (kurang dari dua tahun setelah infeksi) dan laten akhir.
Selama laten awal, pasien beresiko untuk kambuh spontan ditandai dengan terulangnya bisul dan ruam kulit seperti pada tahapan sifilis sekunder. Pada laten akhir, kekambuhan ruam sangat kecil kemungkinannya bisa terjadi.
4. Sifilis tersier
Sifilis yang tidak diobati akan berkembang ke tahap ketiga ataupun hingga ketahap tersier. diperkirakan bahwa gejala tahap ini adalah reaksi hipersensitivitas kekebalan terhadap spirochetes. Beberapa pasien mengembangkan apa yang disebut sifilis jinak, yang dimulai antara tiga dan 10 tahun setelah infeksi dan ditandai oleh perkembangan gummas.
Gummas adalah seperti pertumbuhan tumor elastis yang mungkin melibatkan kulit atau tulang. Namun juga dapat berkembang pada mata, selaput lendir, tenggorokan, hati, atau lapisan perut.
Gummas semakin jarang sejak diperkenalkannya antibiotik untuk mengobati sifilis. Sifilis jinak biasanya cepat merespons pengobatan dengan baik.
Selain gummas, sifilis kardiovaskular juga bisa terjadi pada perkembangan sifilis tersier ini. Sifilis kardiovaskular berkembang antara 10 dan 25 tahun setelah infeksi dan sering terjadi bersama-sama dengan neurosifilis.
Sifilis kardiovaskular biasanya dimulai sebagai peradangan arteri penyebab dari serangan jantung dan hati, parut pada katup aorta, gagal jantung kongestif, atau pembentukan aneurisma aorta.
Neurosifilis. Sekitar 8% pasien dengan sifilis yang tidak diobati akan mengembangkan gejala pada sistem saraf pusat yang mencakup gejala fisik dan kejiwaan. Neurosifilis dapat muncul kapan saja sejak 5 sampai 35 tahun setelah timbulnya sifilis primer. Neurosifilis ini lebih sering mempengaruhi laki-laki daripada wanita.